Ekonomi
Efisiensi Cepat tetapi Mengapa Utang Semakin Bertambah? Berikut Penjelasannya dari Sri Mulyani
Gabunglah dengan Sri Mulyani saat dia mengungkap paradoks efisiensi yang cepat di tengah peningkatan utang—temukan faktor-faktor mendasar yang mendorong teka-teki fiskal ini.

Saat kita menganalisis lanskap fiskal saat ini, jelas bahwa peningkatan utang secara langsung terkait dengan defisit APBN yang membesar, yang diperkirakan mencapai Rp 662 triliun, atau 2,78% dari PDB. Angka ini melebihi target awal sebesar Rp 616,2 triliun, atau 2,53% dari PDB, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan negara. Kita harus menyadari bahwa realisasi pendapatan negara diperkirakan akan gagal mencapai Rp 2.865,5 triliun, jauh di bawah target Rp 3.005,1 triliun. Ketidakcocokan ini memaksa kita untuk menghadapi kenyataan kebutuhan pinjaman yang meningkat.
Situasi ini diperburuk oleh perubahan kebijakan fiskal terbaru, terutama penerapan PPN sebesar 12% dan penyesuaian terhadap transfer dividen BUMN, yang diperkirakan akan mengurangi pendapatan sebesar Rp 150 triliun. Penurunan pendapatan ini secara mendasar melemahkan strategi pengelolaan utang kita, mendorong pemerintah untuk bergantung lebih besar pada pinjaman guna membiayai program prioritas.
Meskipun telah dilakukan upaya untuk menerapkan langkah-langkah efisiensi anggaran, pemerintah kita merasa terbatas dalam kemampuannya untuk memotong pengeluaran lebih jauh.
Penting untuk dipahami bahwa meskipun kita berupaya untuk menjaga tanggung jawab fiskal, kondisi ekonomi saat ini mengharuskan adanya keseimbangan antara pendanaan layanan penting dan pengelolaan utang kita. Pemerintah berencana menggunakan Rp 85,6 triliun dari surplus anggaran tahun 2024 untuk menutupi peningkatan defisit, dengan tujuan meminimalkan penerbitan utang baru. Namun, ketergantungan ini pada surplus yang ada bukan pada pendapatan baru menyoroti tantangan dalam pengelolaan fiskal yang berkelanjutan.
Dampak dari defisit ini tidak hanya sebatas angka, tetapi juga memengaruhi kebebasan ekonomi kolektif dan potensi pertumbuhan kita. Saat kita menavigasi kondisi yang penuh tantangan ini, menjadi sangat penting untuk mendorong kebijakan fiskal yang lebih kokoh yang memprioritaskan peningkatan penerimaan tanpa menghambat aktivitas ekonomi.
Kita harus menciptakan lingkungan di mana inovasi dan kewirausahaan dapat berkembang, memberdayakan individu untuk berkontribusi pada ekonomi yang lebih tangguh.