Politik
PDIP Meminta Fadli Zon untuk Berhenti Menulis Ulang Sejarah Indonesia
Hentikan penulisan ulang sejarah Indonesia yang kontroversial, saat PDIP mengangkat alarm—apa yang dipertaruhkan untuk identitas bangsa?

PDIP secara resmi meminta Fadli Zon untuk menghentikan penulisan ulang sejarah Indonesia, dengan alasan kekhawatiran tentang distorsi dan dampaknya terhadap identitas nasional. Dengan lebih dari 70% proyek telah selesai, para sejarawan menarik diri, mempertanyakan kredibilitas narasi yang dihasilkan. Respons publik berlangsung cepat, memunculkan tuntutan untuk mengakhiri proyek tersebut. Situasi ini menyoroti perlunya akuntabilitas dalam bagaimana kita mengenang masa lalu dan potensi konsekuensi dari manipulasi sejarah. Masih banyak yang perlu dieksplorasi.
Seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap proyek pengubahan sejarah pemerintah, fraksi PDIP di Parlemen Indonesia secara resmi mendesak Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk menghentikan inisiatif tersebut. Seruan ini muncul di tengah reaksi publik yang semakin meningkat, karena banyak warga menyatakan kekhawatiran atas potensi dampak terhadap integritas sejarah.
PDIP menekankan bahwa proyek yang dilaporkan sudah lebih dari 70% selesai ini mengancam untuk mendistorsi sejarah kaya Indonesia, sehingga berdampak pada sentimen masyarakat dan identitas nasional.
Ketua PDIP MY Esti Wijayati menyoroti penarikan beberapa sejarawan dari tim penulis, yang menimbulkan kekhawatiran tentang kredibilitas narasi yang tersisa. Ketika sejarawan terkemuka menjauh dari sebuah proyek, itu menandakan masalah yang lebih dalam terkait akurasi dan keaslian catatan sejarah yang disajikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting tentang siapa yang mengendalikan sejarah kita dan bagaimana sejarah itu dibentuk.
Niat pemerintah untuk menyelesaikan proyek ini pada Agustus 2025, bertepatan dengan peringatan ke-80 Kemerdekaan Indonesia, semakin memperkuat urgensi untuk menangani kekhawatiran tersebut.
Reaksi publik berlangsung cepat dan vokal. Warga, sejarawan, dan komunitas akademik memanfaatkan media sosial, forum, dan demonstrasi publik untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka. Mereka berargumen bahwa pengubahan sejarah yang dipimpin pemerintah bisa menghasilkan versi acara yang disanitasi dan gagal menangkap kompleksitas serta perjuangan yang melekat dalam sejarah Indonesia.
Perubahan sikap PDIP dari meminta penundaan menjadi menuntut penghentian segera mencerminkan tekanan yang meningkat dari kelompok-kelompok yang prihatin ini.
Diskusi parlemen mendatang dijanjikan akan membahas lebih dalam kontroversi ini. Para legislator berencana memanggil Fadli Zon untuk menjelaskan implikasi proyek dan menguraikan langkah-langkah akuntabilitas. Sangat penting bagi pemerintah untuk menyadari bahwa sejarah bukan hanya rangkaian peristiwa; melainkan sebuah kain tenun yang terdiri dari pengalaman banyak individu dan komunitas.
Dengan mengabaikan sentimen publik dan keahlian para sejarawan, pemerintah berisiko mengasingkan mereka yang hendak diwakilinya.
Di negara yang menghargai kebebasan dan demokrasi, menjaga integritas sejarah adalah hal yang vital. Kita harus bertanya pada diri sendiri: Bagaimana kita bisa membangun masa depan jika kita tidak memahami masa lalu dengan akurat?
Seruan PDIP untuk menghentikan proyek pengubahan sejarah ini menjadi pengingat bahwa sejarah adalah milik kita semua, bukan hanya mereka yang berkuasa. Kita memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan sejarah kita terjaga secara autentik, mempertahankan kekayaan narasi nasional kita untuk generasi mendatang.