Lingkungan

Sisa Area Pesisir di Tangerang: 14,6 Km

Jelajahi kawasan pesisir Tangerang yang tersisa sepanjang 14,6 km dan temukan bagaimana komunitas berjuang untuk melestarikan mata pencaharian mereka. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Saat kita menjelajahi 14,6 km area pesisir yang tersisa di Tangerang, kita menemukan sebuah komunitas yang sangat terpengaruh oleh pembongkaran pagar pantai. Selama upaya pembongkaran yang ekstensif, 15,5 km telah dihilangkan, terutama mempengaruhi Tanjung Pasir, Kronjo, dan Mauk. Hal ini membahayakan mata pencarian sekitar 3.888 nelayan dan 502 petani akuakultur. Aksi kolaboratif yang melibatkan personel lokal bertujuan tidak hanya untuk memulihkan habitat alami tetapi juga untuk menghidupkan kembali hak-hak penangkapan ikan komunitas. Upaya yang sedang berlangsung ini menjanjikan untuk memastikan baik kesehatan ekologis maupun kesejahteraan lokal, mengungkap masa depan yang cerah yang tidak sabar kami bagikan dengan semua orang.

Status Saat Ini dari Pagar Pantai

Pada tanggal 26 Januari 2025, kita telah menyaksikan perubahan signifikan dalam situasi pagar pantai di Tangerang, dengan 15,5 km dari 30,16 km awal kini telah dibongkar dan hanya 14,66 km yang tersisa terendam.

Pembongkaran ini, yang terkonsentrasi di Tanjung Pasir, Kronjo, dan Mauk, melibatkan 475 personel yang berdedikasi, termasuk nelayan lokal.

Dengan menghilangkan hambatan ini, kita tidak hanya mengatasi erosi pantai tetapi juga merevitalisasi kehidupan laut yang telah terhambat oleh pagar.

Dampak negatif terhadap hampir 4.400 nelayan dan petani akuakultur menunjukkan urgensi dari operasi ini.

Seiring kita melanjutkan, kita bertujuan untuk memulihkan hak-hak penangkapan ikan lokal dan menciptakan ekosistem laut yang lebih sehat, menekankan komitmen kita terhadap kebebasan untuk komunitas dan alam.

Dampak pada Komunitas Lokal

Meskipun niat awal di balik pagar pantai, dampaknya terhadap masyarakat lokal sangat mendalam dan mengkhawatirkan. Sekitar 3.888 nelayan menemukan penghidupan mereka terancam, karena akses mereka ke area penangkapan ikan vital telah sangat terhambat.

Gangguan ini juga merambah ke sekitar 502 petani akuakultur, yang keberlanjutannya terancam oleh penjalaran pagar di 16 desa di 6 kecamatan.

Respons komunitas telah luar biasa; mereka telah bergerak untuk membongkar pagar, menunjukkan kesadaran dan aktivisme mereka yang meningkat. Dengan mengadvokasi pemulihan hak-hak penangkapan ikan, mereka bertujuan untuk merebut kembali akses laut mereka dan meningkatkan kesejahteraan lokal.

Kita menyaksikan upaya yang gigih untuk memastikan bahwa penghidupan para nelayan dan keberlanjutan akuakultur dipertahankan untuk generasi mendatang.

Upaya Pembongkaran dan Kolaborasi

Sementara semangat kolektif komunitas telah sangat penting dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh pagar pantai, upaya pembongkaran yang berlangsung saat ini merupakan titik balik yang signifikan bagi nelayan dan petani akuakultur di Tangerang.

Sejak 18 Januari 2025, kami telah menyaksikan strategi kolaborasi yang mengesankan yang melibatkan 475 personel dari Angkatan Laut Indonesia, Bakamla, Polair, dan nelayan lokal. Bersama-sama, kami telah berhasil menghapus 15,5 km dari pagar, dengan masih 14,66 km lagi yang harus diatasi.

Lokasi kunci seperti Tanjung Pasir, Kronjo, dan Mauk menunjukkan kekuatan kolektif kami, saat berbagai kapal termasuk KAL/Patkamla dan perahu karet menghadapi tantangan operasional secara langsung.

Di bawah bimbingan Laksamana Dr. Muhammad Ali, kami berkomitmen untuk memulihkan hak-hak penangkapan ikan kami dan meningkatkan kesejahteraan komunitas, mendorong rasa kebebasan dan kesatuan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending

Exit mobile version